Oleh: Rosiana Guguraty dan Mardon
Bobode
Salah satu kepercayaan di desa Wayaua,
kecamatan Bacan Timur yaitu masyarakat setempat masih mempercayai bahwa di
kuburan ada sumber keberuntungan atau dengan kata lain, segala yang kita
inginkan dapat kita wujudkan ketika kita meminta di kuburan tempat nenek
moyang, orang tua atau orang yang kita sayangi yang sudah meninggal.
Ada suatu kisah nyata yang terjadi di
desa Wayaua, Kecamatan Bacan Timur ketika
saya bersama dengan saudara ayah
saya, yang bernama Dince, biasanya saya memanggilnya tante. Saat itu ia datang
dari tobelo, pada sore harinya tante saya mengajak kami sekeluarga untuk pergi
ke kubur kakek kami yang sudah meninggal, kemudian kami semua berangkat
bersama-sama pergi ke kubur kakek, pada saat kami sampai ke kubur, kami
melakukan kegiatan yang pertama adalah membersihkan kubur kakek, sementara kami
semua membersihkan kubur bersama-sama kemudian terdengar suara yang berkata “papa tolong tunjukan nomor kepada saya,
supaya saya mau memasang togel”, ternyata suara tersebut adalah suara
tante saya. Artiya tante saya menginginkan agar ia mendapat pentunjuk dari
kakek kami yang sudah meninggal untuk memasang nomor/togel. pada saat itu juga
kami semua kaget dan hampir tertawa dengan apa yang di lakukan tante saya. Pada
saat kami mau pulang, tante saya berpaling dari pandangan kami dan memandang ke
kubur kakek lalu dia berkata “baba ho lio
ohi” dalam bahasa Tobelo yang artinya “ayah kami pulang dulu” artinya tante
saya meyakini bahwa kakek kami masih ada dan tante kami memohon permisi untuk
kembali ke rumah. Dari situ saya berpikir mengapa tante saya bisa percaya
dengan hal-hal seperti itu…? lalu saya berpikir mungkin ada
pengalaman-pengalaman yang pernah dialami oleh tante saya terkait dengan
kepercayaan agama suku.
Pengalaman lain yang sering saya
jumpai, yaitu ketika pada bulan Desember dan hal ini terjadi seiap tahun.
Pengalaman ini tidak hanya terjadi pada desa saya tetapi hampir semua tempat. Biasanya
orang Kristen dalam menyambut hari raya Natal dan Tahun Baru, yaitu sebelum
tanggal 25 Desember dan 31 Desember ketika memasuki Tahun Baru, semua orang pergi
ke kubur untuk membersihkan kubur keluarga mereka masing-masing karena
berdasarkan kepercayaan mereka, mereka meyakini bahwa apabila seseorang sudah
berjanji untuk pergi ke kubur tetapi kemudian dia tidak pergi ke kubur yang
sudah di janjikannya, pada waktu mereka membuat kue, kue tersebut rusak. Mereka meyakini bahwa hal ini terjadi
karena mereka tidak pergi ke kubur keluarga mereka sebelum mereka membuat kue.
Artinya, menurut kepercayaan mereka bahwa orang-orang yang sudah meninggal,
mereka sering membuat perhitungan dengan keluarga mereka yang masih hidup
apabila keluarga mereka yang masih hidup tidak memperhatikan kuburan keluarga
mereka yang sudah meninggal.
Selain hal tersebut di atas, ada juga
pengalaman lain, mereka meyakini bahwa ketika kita tidak sering ke kubur
keluarga kita yang sudah meninggal, arwah mereka seringkali datang menemui kita,
baik pada waktu kita sedang tidur (melalui mimpi) maupun melalui cara lain,
misalya keluarga kita yang sudah meninggal, mereka berbicara melalui orang lain
(mereka merasuki diri orang lain). Mereka meyakini bahwa hal ini terjadi karena
mereka tidak saling memperhatikan (saudara-bersaudara), atau ketika mereka
tidak memperhatikan kubur keluarga mereka yang sudah meninggal.
Demikianlah pengalaman singkat yang kami paparkan di atas. Kami menyadari bahwa masih banyak hal yang
harus perlu dikritisi demi melengkapi pribadi kita dalam membangun teologi kita
di masa sekarang terutama bagi teman-teman yang mengontrak matakuliah Pengantar Agama-agama Lokal. Oleh sebab itu,
dengan penuh rendah hati kami menerima segala kritikan dari segenap pembaca untuk
melangkapi artikel singkat ini…! Kiranya persoalan ini menjadi pergumulan kita
bersama…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar