Rabu, 25 Juli 2012

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER


Oleh
Jery Petrus
Alumnus Fakultas Teologi UNIERA

Intelligence plus character, that is the goal of true education (Marthen Luther King)

Wacana tentang pendidikan karakter menjadi sebuah wacana yang cukup menyita banyak perhatian dari berbagai kalangan, lebih khusus para pakar ilmu pendidikan maupun para praktisi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter itu sangat penting dalam konteks kekinian Indonesia.
Sebagai upaya untuk mewujudkan fungsi dan tujuan dari pendidikan kita di Indonesia, maka pendidikan karakter merupakan sebuah keniscayaan karena pendidikan karakter memiliki tujuan untuk membentuk manusia yang berwatak dan cerdas. Hal tersebut sejalan dengan apa selajan dengan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Melihat sepintas tentang makna dari pendidikan karakter bila dikontraskan dengan realitas social, ternyata memang banyak terjadi kesenjangan atau ketidaksesuaian antara teori dan praktik.  Dalam kehidupan keseharian telah terjadi banyak praktek hidup yang menyimpang dari nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Oleh karena itu pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tetapi di rumuah dan lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa.
Kata karakter memiliki banyak makna bila ditinjau dari berbagai bergai sudut pandang keilmuan. Namun secara umum karakter didefinisikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, watak. Sedangkan berkarakter dapat kita sebutkan bahwa orang yang mempunyai tabiat, mempunyai kepribadian, dan berwatak. Secara harafiah, karakter artinya adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, dan reputasinya (Hornby dan Parnwell dalam asmani, 2011). Sedang dalam kamus besar psikologi karakter didefinisikan sebagai kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; memiliki kaitan dengan sifat-sifat relatif tetap.  Oleh karena itu, karakter dapat dikatan sebagai ciri khas yang dimiliki oleh seseorang. Dan ciri khas itu adalah sesuatu yang mengakar kuat dalam diri seseorang dan akan menjadi daya penggerak seseorang untuk bertindak, bersikap, berujar, dan merespon. Senada dengan hal itu, Khan (2010) menjelaskan bahwa karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi antara pernyataan dan tindakan.
Berdasarkan beberapa defenisi singkat tentang karakter di atas, timbul menarik pertanyaan apakah karakter bisa dibetuk dan dirubah? Pertanyaan ini tidak semata-mata dijawab bisa atau tidak. Oleh karena itu sebelum menjawab pertanyaan diatas tentu kita harus melihat faktor hereditas atau pengaruh gen dalam menentukan karakter seorang individu. Jika kita sepakat bahw karakter merupakan turunan dari orang tua maka karakter tidak dapat dibentuk. Namun dalam beberapa literatur menjelaskan bahwa geh hanyalah salah satu faktor. Oleh karena itu, oran tua adalah satu-satunya yang memiliki peluang utama untuk membentuk karakter. Dalam ilmu psikologi dijelaskan bahwa kebiasaan yang selalu dilakukan secara berulang-ulang dan didasari atas sebuah pemahaman dan kesadaran akan memnentuk dan menjadi sebuah karakter. Walaupun demikian faktor hereditas jangan dianggap tidak penting, karena faktor ini juga menjadi salah satu penentu dalam pembentukan karakter seseorang.
Jika karakter bisa dibentuk apakah karakter bisa dirubah? Ini pertanyaan yang sulit, dan selalu menjadi bahan diskusi yang panjang dalam wacana pendidikan karakkter. Sebuah jawaban optimis bahwa jika karakter bisa dibentuk maka karakter juga dapat dirubah. Mengapa..? karena, pembangunan dan pembentukan itu sendiri sejatinya adalah perubahan. Namun karakter bukanlah sesuatu yang mudah untuk dirubah. Ibaratnya sebuah bangunan yang berdiri kokoh dibangun dengan konstruksi yang material yang tidak cepat rapuh maka akan membtuhkan waktu yang cukup lama dan menguras energi untuk mengubahnya. Namun, berbeda dengan bangunan yang dibangun dengan konstrusi material yang mudah rapuh akan cepat dan mudah pula serta tidak menguru banyak energi untuk mengubahnya. Dengan menyadari akan hal tersebut, maka pendidikan karakter harus dimulai sejak dini dari dalam keluarga.
Keluarga mempunyai fungsi utama adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dalam kehidupan masyarakat secara baik, serta dapat memberikan kontribusi yang berharga dan memberikan kepuasan dan mampu menciptakan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga yang sejahtera.
Keluarga adalah aspek penting dalam menanamkan karakter pada anak sehingga anak mempunyai karakter yang baik sebagaimana yang diharapkan. Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk pembentukan karakter. Orang tua sebagai pendidik pertama dalam proses pembentukan karakter anak, seyogianya harus memiliki visi yang jelas untuk anak. Karena visi itu akan menentukan langkah-langkah pendidikan karakter secara berkelanjutan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain dalam hal ini sekolah atau lembaga pendidikan untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar